Me & My Imagination

Tanpa imajinasi saya hanya barang mati, tanpa imajinasi dunia saya kecil

dengan imajinasi saya bisa terbang, melampaui diri, melampaui kini, melampaui disini

dengan imajinasi saya jadikan tiada menjadi ada

Ilmu pengetahuan adalah gudang penyimpan hasil imajinasi

Sedang imajinasi adalah mesin cetak ilmu pengetahuan

Sabtu, 09 Juni 2012

Bebek, Telor dan SDM


saya teringat fenomena kecil tetapi sangat menarik, yaitu bagaimana penggembala bebek memandang jenis kekayaannya yang sebenarnya. Pengembala bebek, biasanya sedemikian sayang pada binatang piaraannya itu. Jika sedikit saja mereka keliru dalam memberikan perlakuan pada bebeknya, maka jumlah telor yang didapat pada hari berikutnya akan berkurang. Oleh karena itu, penggembala bebek selalu tampak lebih mencintai piaraannya itu daripada terhadap dirinya sendiri.
Penghasilan pengembala bebek secara nil adalah berupa sejumlah telor yang didapat setiap hari. Semakin banyak telor yang didapat, mereka semakin bahagia. Tetapi, pengembala bebek sadar betul bahwa kekayaan mereka itu bukan telornya itu, melainkan adalah bebeknya. Oleh karena itu, orang tatkala bertanya kepada pengembala bebek, bukan menanyakan jumlah telor yang didapat setiap hari, melainkan jumlah bebek yang dimiliki. Katakanlah misalnya, seorang pengembala bebek setelah diketahui memiliki 100 ekor, lalu berikutnya akan ditanya, berapa jumlah telor yang didapat pada setiap hari. Penanya tidak terbalik, menanyai jumlah telornya baru kemudian jumlah bebeknya. Urut-urutan pertanyaan seperti ini menggambarkan bahwa kekayaan sesungguhnya bukan telor, melainkan bebeknya itu.
Gambaran ini membawa imajinasi saya pada keadaan bangsa atau juga organisasm social apapun, tidak terkecuali organisasi social keagamaan. Keadaan negeri seperti ini sekalipun kaya sumber daya alam, tetapi secara ekonomi masih kalah dengan negara maju lainnya. Hal itu disebabkan oleh lemahnya SDM yang dimiliki. Begitu juga banyak organisasi social, tidak mengalami kemajuan, disebabkan oleh SDM nya yang terbatas, baik kuantitas maupun kualitasnya. Saya lalu berpikir, penggembala bebek saja, memahami apa sesungguhnya kekayaan nyata yang harus dipelihara, bukan telornya, melainkan bebeknya. Mestinya, organisasi besar maupun kecil, agar mengalami kemajuan, maka SDM nya yang harus dipelihana dan ditingkatkan kualitasnya, bukan hanya hasil-hasil karya SDM itu. Seringkali kita lebih menempatkan harta atau kekayaan di atas nilai SDM nya. Kita mau membela harta sekalipun harus mengorbankan SDM. Padahal semestinya kita tidak boleh kalah dengan cara berpikir penggembala bebek. Mereka merawat bebeknya di atas segala-galanya, termasuk sebatas telornya. Islam ternyata juga memerintahkan agar factor manusia lebih dimuliakan daripada lainnya.

Tidak ada komentar: